Pendahuluan
HONDA138 : Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh, adalah kota yang menyimpan begitu banyak kisah sejarah. Sebagai gerbang barat Indonesia, Banda Aceh sejak berabad-abad lalu menjadi pusat perdagangan, penyebaran Islam, dan juga saksi berbagai peristiwa penting dalam sejarah bangsa. Tidak mengherankan jika kota ini dijuluki sebagai Serambi Mekkah, karena perannya yang besar dalam menyebarkan syiar Islam ke Nusantara.

Seiring berjalannya waktu, Banda Aceh tidak hanya dikenang melalui catatan sejarah, tetapi juga melalui berbagai monumen bersejarah yang dibangun sebagai simbol perjuangan, keagamaan, kebudayaan, hingga ketangguhan rakyat Aceh menghadapi bencana. Monumen-monumen tersebut kini menjadi bagian penting dari identitas kota dan menjadi daya tarik wisata sejarah bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.
Ragam Monumen Bersejarah di Banda Aceh
1. Monumen Tsunami Aceh
Salah satu monumen paling terkenal di Banda Aceh adalah Monumen Tsunami atau yang dikenal dengan Museum Tsunami Aceh. Dibangun untuk mengenang peristiwa gempa dan tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004, monumen ini tidak hanya menjadi pengingat tragedi yang menelan ratusan ribu jiwa, tetapi juga simbol ketangguhan rakyat Aceh.
Bangunannya dirancang oleh arsitek Indonesia terkenal, Ridwan Kamil, dengan desain unik menyerupai gelombang laut. Di dalamnya terdapat ruang memorial, lorong gelap dengan suara gemuruh air, hingga nama-nama korban. Monumen ini menjadi simbol bahwa dari kesedihan besar, lahir semangat baru untuk bangkit.
2. Monumen Gunongan dan Taman Putroe Phang
Selain monumen modern, Banda Aceh juga memiliki monumen peninggalan sejarah Kesultanan Aceh, yaitu Gunongan dan Taman Putroe Phang. Monumen ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17 sebagai tanda cinta kepada istrinya, Putroe Phang, seorang putri dari Pahang, Malaysia.
Gunongan berbentuk bangunan putih menyerupai bukit kecil, digunakan sang permaisuri untuk bermain sekaligus melepas rindu kampung halaman. Monumen ini tidak hanya bernilai sejarah, tetapi juga mencerminkan kejayaan dan romantisme masa keemasan Kesultanan Aceh.
3. Monumen Kapal di Atas Rumah
Salah satu monumen unik yang lahir dari bencana tsunami adalah Monumen Kapal di Atas Rumah. Sebuah kapal nelayan terseret gelombang tsunami hingga terdampar di atas rumah warga di Gampong Lampulo. Ajaibnya, kapal ini menjadi penyelamat bagi sekitar 59 orang yang naik ke atasnya saat tsunami datang.
Kini kapal tersebut dibiarkan berada di posisinya dan dijadikan monumen serta situs wisata sejarah. Monumen ini menjadi pengingat tentang kedahsyatan alam sekaligus pertolongan Tuhan yang hadir di tengah musibah.
4. Monumen PLTD Apung
Monumen lain yang juga berkaitan dengan tsunami adalah PLTD Apung 1, sebuah kapal pembangkit listrik berukuran raksasa seberat 2.600 ton. Kapal ini sebelumnya berada di laut, namun terseret gelombang hingga terdampar sejauh 5 kilometer ke tengah kota.
Kini, kapal tersebut dijadikan monumen yang bisa dikunjungi wisatawan. Di sekitarnya dibangun taman dan ruang refleksi. Monumen PLTD Apung menjadi bukti nyata kedahsyatan tsunami 2004, sekaligus simbol bagaimana masyarakat Aceh bangkit dari kehancuran.
5. Monumen Kerkhof Peucut (Taman Makam Belanda)
Banda Aceh juga memiliki monumen bersejarah dari masa kolonial, yaitu Kerkhof Peucut atau Taman Makam Belanda. Monumen ini adalah kompleks pemakaman prajurit Belanda yang tewas dalam Perang Aceh pada abad ke-19.
Terdapat lebih dari 2.000 nisan di area seluas 4 hektare ini. Meski merupakan peninggalan kolonial, monumen ini menjadi saksi betapa gigihnya rakyat Aceh mempertahankan tanah air dari penjajahan. Kerkhof Peucut kini dijadikan destinasi wisata sejarah sekaligus refleksi perjuangan rakyat Aceh.
6. Monumen Masjid Raya Baiturrahman
Meskipun bukan monumen dalam arti patung atau tugu, Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu bangunan monumental di Banda Aceh. Dibangun pada abad ke-19 oleh Sultan Iskandar Muda, masjid ini menjadi pusat syiar Islam di Aceh.
Masjid ini memiliki nilai sejarah yang sangat besar. Ketika tsunami 2004 melanda, masjid ini tetap berdiri kokoh meski bangunan di sekitarnya hancur. Banyak warga yang selamat karena berlindung di dalam masjid. Hingga kini, Masjid Raya Baiturrahman menjadi monumen spiritual sekaligus ikon Banda Aceh.
Nilai Budaya dan Sejarah Monumen Banda Aceh
Monumen bersejarah di Banda Aceh bukan hanya sekadar bangunan, tetapi juga memiliki nilai budaya dan sejarah yang sangat dalam:
- Sebagai pengingat tragedi – Monumen tsunami, PLTD Apung, dan Kapal di Atas Rumah menjadi saksi bisu bencana besar sekaligus lambang ketangguhan rakyat Aceh.
- Sebagai simbol cinta dan kejayaan – Gunongan dan Taman Putroe Phang melambangkan kejayaan Kesultanan Aceh sekaligus kisah romantis kerajaan.
- Sebagai bukti perjuangan – Kerkhof Peucut menjadi saksi betapa gigihnya rakyat Aceh dalam melawan kolonialisme.
- Sebagai identitas keagamaan – Masjid Raya Baiturrahman mencerminkan identitas Aceh sebagai Serambi Mekkah dan pusat syiar Islam di Nusantara.
Peran Monumen dalam Kehidupan Masyarakat
Monumen bersejarah di Banda Aceh memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, antara lain:
- Sebagai pusat edukasi – monumen dijadikan sarana belajar sejarah, baik bagi generasi muda Aceh maupun pengunjung dari luar daerah.
- Sebagai destinasi wisata – banyak wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Banda Aceh untuk melihat langsung monumen bersejarah.
- Sebagai ruang refleksi spiritual – monumen seperti Masjid Raya Baiturrahman atau Monumen Tsunami memberikan ruang bagi masyarakat untuk merenung dan bersyukur.
- Sebagai penguat identitas lokal – monumen menjaga ingatan kolektif masyarakat tentang masa lalu, perjuangan, dan nilai budaya yang harus dijaga.
Penutup
Monumen bersejarah di Banda Aceh adalah jejak nyata dari perjalanan panjang kota ini dalam menghadapi berbagai peristiwa: kejayaan Kesultanan, perlawanan terhadap kolonial, hingga bencana alam yang dahsyat. Monumen-monumen tersebut bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga simbol ketangguhan, cinta, perjuangan, dan keimanan masyarakat Aceh.
Bagi wisatawan, monumen bersejarah di Banda Aceh tidak sekadar tempat untuk berfoto, tetapi juga ruang untuk belajar dan merenungkan makna kehidupan. Dari Masjid Raya Baiturrahman yang megah, Gunongan yang penuh kisah cinta, hingga Monumen Tsunami yang menyentuh hati, semua menghadirkan pesan mendalam: bahwa Aceh adalah tanah yang kuat, bersejarah, dan penuh harapan untuk masa depan.