Monumen Bersejarah Ambon: Jejak Perjuangan dan Identitas di Kota Musik

Pendahuluan

HONDA138 : Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, dikenal sebagai Kota Musik Dunia versi UNESCO dan memiliki kekayaan budaya yang mendalam. Namun di balik reputasinya sebagai kota seni, Ambon juga menyimpan jejak sejarah panjang yang terekam dalam berbagai monumen bersejarah.

Sejak masa kolonial Portugis pada abad ke-16, Ambon telah menjadi pusat perdagangan rempah dunia. Setelah itu, Belanda menjadikan Ambon sebagai basis penting VOC. Tak hanya itu, Ambon juga menjadi saksi perjuangan rakyat dalam mempertahankan kedaulatan dari penjajahan, serta peristiwa penting pada masa revolusi kemerdekaan.

Semua peristiwa itu kini diabadikan melalui monumen bersejarah yang berdiri di berbagai sudut kota. Monumen-monumen ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda sejarah, tetapi juga sebagai simbol identitas, pengingat perjuangan, serta daya tarik wisata budaya.


Monumen Bersejarah di Ambon

1. Gong Perdamaian Dunia

Salah satu monumen paling ikonik di Ambon adalah Gong Perdamaian Dunia, yang diresmikan pada 25 November 2009. Gong ini berdiameter 2 meter dengan hiasan bendera 202 negara, simbol PBB, serta lambang-lambang agama dunia.

Pembangunan Gong Perdamaian Dunia di Ambon memiliki makna penting. Setelah Ambon mengalami konflik sosial pada awal 2000-an, monumen ini hadir sebagai simbol perdamaian, kerukunan, dan persatuan antar masyarakat. Gong ini menjadi pusat berbagai kegiatan budaya dan sering dijadikan tempat peringatan hari besar nasional maupun internasional.


2. Monumen Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu adalah salah satu pahlawan nasional asal Maluku yang berjuang melawan kolonial Belanda. Dalam usia muda, ia ikut bertempur bersama ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, dan pasukan Pattimura.

Untuk mengenang jasanya, dibangunlah Monumen Martha Christina Tiahahu di Ambon. Monumen ini berbentuk patung perempuan muda dengan sikap gagah, melambangkan keberanian dan semangat juang kaum perempuan Maluku. Lokasinya sering menjadi tempat upacara dan kegiatan budaya, serta simbol emansipasi perempuan di Maluku.


3. Monumen Pattimura

Selain Martha Christina, Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) adalah pahlawan nasional dari Maluku yang sangat dihormati. Ia memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan kolonial Belanda pada tahun 1817.

Untuk mengenangnya, dibangun Monumen Pattimura di pusat kota Ambon. Patung Pattimura digambarkan dengan parang di tangan, melambangkan keberanian dan tekad membela tanah air. Monumen ini tidak hanya menjadi simbol perlawanan, tetapi juga lambang persatuan masyarakat Maluku.


4. Monumen Trikora

Ambon juga memiliki Monumen Trikora yang dibangun untuk mengenang peran Maluku dalam Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dicanangkan Presiden Soekarno pada 1961.

Operasi ini bertujuan membebaskan Irian Barat (Papua) dari kolonial Belanda. Sebagai wilayah timur Indonesia, Maluku memiliki peran strategis dalam mendukung perjuangan tersebut. Monumen Trikora di Ambon mengingatkan masyarakat akan semangat perjuangan mempertahankan keutuhan NKRI.


5. Monumen Gong Siwalima

Selain Gong Perdamaian Dunia, Ambon memiliki Monumen Gong Siwalima. Nama “Siwalima” diambil dari filosofi hidup masyarakat Maluku, yang berarti kebersamaan dan persatuan.

Monumen ini menggambarkan semangat persatuan masyarakat Ambon meskipun memiliki latar belakang budaya, agama, dan etnis yang beragam. Gong Siwalima sering dijadikan lokasi kegiatan budaya maupun acara seremonial.


6. Monumen Pahlawan Nasional Dr. J. Leimena

Ambon juga memiliki monumen untuk mengenang Dr. Johannes Leimena, seorang dokter dan politisi asal Maluku yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan dan Wakil Perdana Menteri di era Presiden Soekarno.

Monumen Dr. J. Leimena melambangkan dedikasi putra Maluku dalam bidang kesehatan, politik, dan kemanusiaan. Keberadaan monumen ini menunjukkan bahwa Ambon tidak hanya melahirkan pejuang bersenjata, tetapi juga tokoh intelektual yang berjasa besar bagi bangsa.


Peran Monumen dalam Kehidupan Masyarakat Ambon

Monumen bersejarah di Ambon memiliki fungsi penting bagi masyarakat, di antaranya:

  1. Sebagai pengingat sejarah – Monumen Pattimura dan Martha Christina Tiahahu menjaga memori kolektif tentang perjuangan rakyat Maluku melawan kolonial.
  2. Sebagai simbol perdamaian – Gong Perdamaian Dunia menjadi tanda penting rekonsiliasi pasca konflik.
  3. Sebagai identitas budaya – Gong Siwalima menegaskan jati diri masyarakat Maluku yang menjunjung persatuan.
  4. Sebagai sarana pendidikan – Monumen menjadi media belajar bagi generasi muda tentang pahlawan dan nilai sejarah.
  5. Sebagai daya tarik wisata – Monumen bersejarah menambah nilai pariwisata Ambon selain pesona alamnya.

Nilai Budaya dan Sejarah dalam Monumen Ambon

Setiap monumen di Ambon memiliki nilai budaya dan sejarah yang khas:

  • Nilai patriotisme – Pattimura dan Martha Christina Tiahahu mengajarkan semangat juang melawan penindasan.
  • Nilai perdamaian – Gong Perdamaian Dunia menjadi simbol penting setelah konflik sosial, mengajarkan harmoni dan kerukunan.
  • Nilai persatuan – Gong Siwalima menekankan pentingnya kebersamaan dalam masyarakat multikultural.
  • Nilai keteladanan – Monumen Dr. J. Leimena memberi inspirasi bahwa perjuangan juga bisa dilakukan melalui ilmu pengetahuan dan pengabdian.

Tantangan Pelestarian Monumen di Ambon

Meskipun penting, beberapa monumen di Ambon menghadapi tantangan, antara lain:

  1. Kurangnya perawatan – beberapa monumen memerlukan pengecatan dan renovasi berkala.
  2. Kesadaran masyarakat – tidak semua warga memahami makna sejarah monumen.
  3. Alih fungsi lahan kota – pembangunan modern bisa menggeser perhatian dari situs bersejarah.
  4. Kurangnya promosi wisata sejarah – Ambon lebih dikenal dengan wisata alam dan musiknya dibanding monumen sejarah.

Upaya Pelestarian Monumen

Untuk menjaga nilai sejarah monumen, beberapa langkah dapat dilakukan:

  • Pemerintah daerah harus rutin merawat dan memperbaiki monumen.
  • Sekolah dan universitas dapat menjadikan monumen sebagai lokasi wisata edukasi sejarah.
  • Komunitas lokal perlu dilibatkan dalam menjaga kebersihan dan kelestarian monumen.
  • Promosi pariwisata sejarah perlu diperkuat agar monumen Ambon dikenal lebih luas.

Penutup

Monumen bersejarah di Ambon adalah cermin perjalanan panjang masyarakat Maluku, dari masa kolonial, perjuangan kemerdekaan, hingga rekonsiliasi pasca konflik. Monumen seperti Pattimura, Martha Christina Tiahahu, Gong Perdamaian Dunia, Monumen Trikora, Gong Siwalima, dan Monumen Dr. J. Leimena bukan sekadar bangunan, melainkan simbol identitas, pengorbanan, dan harapan.

Melalui monumen, generasi muda bisa belajar tentang keberanian, persatuan, dan perdamaian. Maka, menjaga monumen bersejarah di Ambon bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Dengan begitu, jejak sejarah Maluku tetap hidup dan memberi inspirasi untuk masa depan yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *